PENILAIAN KINERJA
A.
Penilaian
Prestasi Kerja
Suatu
instansi atau perusahaan tentunya memiliki tujuan, tujuan inilah yang membuat
instansi atau perusahaan tersebut ada namun terkadang muncul kendala yang
membuat tujuan tersebut tidak tercapai. Untuk mencegahnya maka perusahaan harus
mendorong karyawan untuk mencapai kinerja dan prestasi yang lebih baik dari
waktu ke waktu.
Mangkuprawira
(2004), mendefenisikan penilaian prestasi kerja sebagai proses yang dilakukan
perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang. Sementara itu, Sondang P Siagian (2001) menyatakan bahwa
Penilaian Kinerja adalah satu tahapan yang penting bagi Kekaryaan pegawai yang
bersangkutan
Dari pengertian penilaian prestasi kerja diatas maka kita dapat
menyimpulkan bahwa penilaian prestasi kerja membuat karyawan mengetahui tentang
hasil kerja dan tingkat produktifitasnya hal tersebut berguna sebagai bahan
pertimbangan yang paling baik dalam menentukan pengambilan keputusan dalam hal
promosi jabatan. Selain itu pelaksanaan penilaian prestasi kerja sangat penting
dilakukan untuk membantu pihak manajemen di dalam mengambil keputusan mengenai
pemberian bonus, kenaikan upah, pemindahan maupun pemutusan hubungan kerja
karyawan. Adapun beberapa
indikator penilaian prestasi keja :
a. Kesetiaan
Kesetiaan
dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi di dalam
maupun dilura pekerjaannya.
b. Kejujuran
Penilai menilai
kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi
dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti kepada para bawahannya.
c. Kedisiplinan
Penilai menilai
disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada mengajukan
pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya.
d. Kreativitas
Kemampuan
karyawan dan mengembangkan kreativitas untuk menyelesaikan pekerjaannya,
sehingga bekerja lebih berdaya guna.
e. Kerja Sama
Kesediaan
karyawan berpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawan lain, sehingga hasil
pekerjaan akan lebih baik.
f.
Kepemimpinan
Kemampuan untuk
memimpin, mempengaruhi, mempunyai pribasi yang kuat, dihormati, beribawa dan
dapat memotivasi orang lain atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.
g. Kepribadian
Sikap,
perilaku, kesopanan, disukai, memberikan kesan yang menyenangkan, memperhatikan
sikap yang baik dan penampilan simpatik serta wajar dari karyawan tersebut.
h. Prakarsa
Kemampuan
berfikir yang rasional dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisa,
menilai, menciptakan, memberikan alas an, mendapat kesimpulan dan membuat
keputusan. Penyelesaian masalah yang dihadapinya.
i.
Kecakapan
Kecakapan
karyawan dalam menyatakan dan menjelaskan semua yang terlibat di dalam
penyusunan kebijakan perusahaan.
j.
Tanggung Jawab
Kejadian
karyawan dalam mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya, pekerjaan dan hasil
kerjanya, sarana dan prasarana yang digunakannya perilaku serta hasil kerja
dari bawahannya.
B.
Manfaat
Penilaian Prestasi Kerja
Adapun
manfaat dari penilaian prestasi kerja (Mangkuprawira 2004) adalah sebagai
berikut :
1. Perbaikan
kinerja.
Umpan balik
pelaksanaan kerja bermanfaat bagi karyawan, manajer dan Departemen personalia
dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk memperbaiki kinerja.
2. Penyesuaian
kompensasi.
Penilaian prestasi
kerja membantu para pengambil keputusan dalam menentukan kenaikan upah,
pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya.
3. Keputusan
penempatan.
Promosi, transfer,
dan penurunan jabatan biasanya
didasarkan pada prestasi kerja masa lalu atau antisipasinya. Promosi sering
merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja masa lalu.
4. Kebutuhan pelatihan
dan pengembangan.
Prestasi yang buruk
mungkin menunjukkan kebutuhan latihan.
Demikian juga, setiap karyawan hendaknya selalu mampu mengembangkan
diri.
5. Perencanaan dan
pengembangan karir.
Umpan balik kinerja
membantu proses pengambilan keputusan tentang karir spesifik karyawan.
6. Penyimpangan-penyimpangan
proses staffing.
Prestasi kerja yang
baik atau buruk mencerminkan kekuatan atau kelemahan
prosedur staffing
departemen personalia.
7. Mengurangi ketidak-akuratan
informasional.
Suatu prestasi kerja
yang buruk dapat mengindikasikan kesalahan dalam informasi analisis pekerjaan,
rencana SDM, atau hal lain dalam sistem
manajemen personal.
8. Kesalahan
rancangan pekerjaan.
Prestasi kerja yang
buruk merupakan suatu gejala dari rancangan pekerjaan yang keliru.
9. Kesempatan
kerja yang sama.
Penilaian prestasi
kerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan penempatan internal
diambil tanpa adanya perbedaan.
10. Tantangan-tantangan
eksternal.
Terkadang penilaian
prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar lingkungan kerja, seperti
keluarga, kesehatan, kondisi keuangan atau masalah-masalah yang berhubungan
dengan pribadi lainnya. Dengan penilaian
prestasi departemen personalia dapat menawarkan bantuan.
11. Umpan balik pada SDM.
Kinerja yang baik
dan buruk diseluruh organisasi mengindikasikan bagaimana baiknya fungsi
departemen SDM yang diterapkan.
C.
Metode-metode
Penilaian Prestasi Kerja
Dalam menilai kinerja seorang karyawan, hendaknya
berorientasi pada objektivitas jika tidak maka hasil dari penilaian bias saja
menimbulkan masalah dalam perusahaan. Untuk mengatasinya maka dibutuhkan metode
yang efektif dan efisien. Berikut ini
adalah metode penilaian kinerja :
1. Penilaian
prestasi kerja berorientasi pada masa lalu.
Melalui metode ini
manajer menilai dengan mengunakan data masa lalu untuk menentukan seberapa
besar produktifitas seorang karyawan. Teknik-teknik penilaian ini terdiri dari
:
a. Rating scale (skala penilaian).
Tenik ini adalah
teknik yang paling sederhana dan mudah dimana atasan langsung memberikan
penilaian kepada karyawan dengan menggunakan skala yang biasanya berupa angka
atau huruf.
b. Checklist.
Metode ini dilakukan
oleh atasan langsung, yang bertujuan untuk mengurangi beban penilai karena
tinggal memilih kalimat pernyataan yang menggambarkan karakteristik dan
prestasi kerja karyawan. Pembobotan
dilakukan pada item agar hasil penilaian dapat dikuantifikasikan.
c. Metode peristiwa kritis.
Merupakan metode
penilaian yang mendasarkan pada catatan-catatan penilai mengenai perilaku
karyawan yang sangat baik atau sangat buruk sekalipun dalam kaitannya dengan
pelaksanaan kerjanya.
d. Metode peninjauan lapangan.
Metode ini dilakukan
dengan cara turun langsung ke lapangan untuk mengevaluasi kinerja karyawan
secara langsung.
e. Tes dan observasi.
Pada metode ini
karyawan akan diberikan pertanyaan tertulis untuk mengukur seberapa kemampuan
dan pengetahuannya..
f. Metode evaluasi kelompok.
Terdiri dari tiga metode.
Pertama, metode ranking, yaitu penilaian dilakukan dengan membandingkan
karyawan yang satu dengan karyawan yang
lainnya untuk menentukan siapa yang paling baik kinerjanya. Kedua, Grading atau forced distribution. Pada metode ini, penilaian dilakukan dengan
memisahkan karyawan ke dalam klasifikasi yang berbeda, dimana setiap
klasifikasinya memiliki proporsi tertentu.
Ketiga, Point allocation method, dimana penilai diberikan sejumlah nilai
total untuk dialokasikan diantara para karyawan dalam kelompok.
2. Penilaian prestasi kerja berorientasi pada
masa depan.
Metode penilaian
prestasi kerja berorientasi masa depan memusatkan prestasi pada masa yang akan
datang melalui penilaian potensi karyawan dan penetapan sasaran kerja yang
sesuai dengan jabatan karyawan. Metode
ini terdiri dari :
a. Penilaian diri.
Teknik evaluasi ini
berguna untuk melanjutkan pengembangan
diri. Apabila karyawan menilai dirinya
sendiri, perilaku defensif cenderung tidak terjadi, sehingga upaya perbaikan
diri juga cenderung dilaksanakan.
b. Penilaian psikologis.
Dalam metode ini
biasanya perusahaan bekerja sama dengan psikolog. Pendekatan emosional biasanya
paling banyak digunakan.
c. Teknik pusat penilaian.
Metode ini dilakukan
jika perusahaan memiliki tim penilai khusus untuk mengidentifikasi kemampuan
manajemen di masa depan. Penilaian ini bisa
meliputi wawancara mendalam, tes-tes psikologi, diskusi kelompok
simulasi, dan sebagainya untuk mengevaluasi potensi karyawan diwaktu yang akan
datang.
d. Pendekatan management by objective.
Bahwa setiap
karyawan dan penyelia secara
bersama-sama menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran pelaksanaan kerja diwaktu yang akan datang.
Kemudian dengan menggunakan sasaran tersebut, penilaian prestasi kerja
dilakukan secara bersama pula. Menurut Rivai (2006), manajemen berdasarkan Management By Objective (MBO) adalah suatu
bentuk penilaian dimana karyawan dan penyelia bersama-sama menetapkan
tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran
pelaksanaan kerja diwaktu yang akan datang.
Metode ini lebih mengacu pada pendekatan hasil.
Menurut
Rivai (2009) ada 3 (tiga) pendekatan yang paling sering dipakai dalam penilaian
prestasi kerja,antara lain :
1.
Sistem Penilaian (rating
system)
Sistem
ini terdiri dari dua bagian, yaitu suatu daftar karakteristik, bidang, ataupun
perilaku yang akan dinilai dan sebuah skala ataupun cara lain untuk menunjukkan
tingkat kinerja dari tiap halnya. Perusahaan yang menggunakan sistem ini
bertujuan untuk menciptakan keseragaman dan konsistensi dalam proses penilaian
prestasi kerja. Kelemahan sistem ini adalah karena sangat mudahnya untuk
dilakukan, para manajerpun jadi mudah lupa mengapa mereka melakukannya dan
sistem inipun disingkirkannya.
2.
Sistem Peringkat (ranking
system)
Sistem
peringkat memperbandingkan karyawan yang satu dengan yang lainnya. Hal ini
dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya:
total pendapatan ataupun kemampuan manajemen. Sistem ini hampir selalu tidak
tepat untuk digunakan, karena sistem ini mempunyai efek samping yang lebih
besar daripada keuntungannya. Sistem ini memaksa karyawan untuk bersaing satu
sama lain dalam pengertian yang sebenarnya. Pada kejadian yang positif, para
karyawan akan menunjukkan kinerja yang lebih baik dan menghasilkan lebih banyak
prestasi untuk bisa mendapatkan peringkat yang lebih tinggi. Sedangkan pada
kejadian yang negatif, para karyawan akan berusaha untuk membuat rekan sekerja
(pesaing)-nya menghasilkan kinerja yang lebih buruk dan mencapai prestasi yang
lebih sedikit dibandingkan dirinya.
3.
Sistem berdasarkan tujuan (object-based
system)
Berbeda
dengan kedua sistem diatas, penilaian prestasi berdasarkan tujuan mengukur
kinerja seseorang berdasarkan standar ataupun target yang dirundingkan secara
perorangan. Sasaran dan standar tersebut ditetapkan secara perorangan agar
memiliki fleksibilitas yang mencerminkan tingkat perkembangan serta kemampuan
setiap karyawan.
D.
Hambatan-hambatan
dalam Penilaian Prestasi Kerja
T.Hani Handoko (1995:140-141) mengatatakan bahwa ada 5 (lima)
kendala dalam melakukan penilaian kinerja, yaitu:
1. Halo Effect
Kendala ini muncul ketika orang yang menilai memiliki hubungan
dengan karyawan yang dinilai, menurut Handoko faktor tersebut akan mempengaruhi
objektifitas atau berpotensi menimbulkan bias.
2. Kesalahan
Kecenderungan Terpusat
Penilai
terkadang tidak merasa nyaman memberikan penilaian yang terlalu baik atau
terlalu buruk sehingga hanya memberikan penilian rata-rata.
3. Bias
Terlalu Lunak dan Terlalu Keras.
Bila
standar penilaian prestasi tidak jelas maka akan muncul kecenderungan penilai
memberikan penilaian yang terlalu lunak maupun penilaian yang terlalu ketat.
4. Prasangka Pribadi.
Faktor-faktor
yang membentuk prasangka pribadi terhadap seorang atau kelompok bisa mengubah
penilaian. Sebab-sebab prasangka pribadi lain yang mempengaruhi penilaian
mencakup faktor senioritas, kesukuan, agama, kesamaan kelompok dan status
sosial.
5.
Pengaruh Kesan Terakhir.
Kesan terakhir
terkadang memberikan pengaruh yang domonan dalam proses penilaian. Bila suatu
pekerjaan atau tugas berakhir maka penilaian akan baik pula namun jika berakhir
buruk maka keseluruhan penilain akan menjadi buruk.
E.
Syarat-syarat
Penilai
Suatu
penilaian dikatakan berhasil apabila hasilnya jujur dan sesuai dengan kenyataan
yang ada dalam perusahaan, namun untuk menghasilkan penilaian yang berkualitas
dibutuhkan tenaga penilai yang berkualitas dan berpengalaman. seorang penilai
yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
·
Untuk mendapatkan penilaian yang jujur, adil dan
objektif maka penilai haruslah orang yang mengerti tentang faktor-faktor yang
menjadi indicator penilaian.
·
Penilai harus tegas dan hendaknya mendasarkan penilaiannya pada
benar atau salah, baik atau buruknya terhadap unsur-unsur yang dinilai sehingga
penilaiannya jujur, adil, dan objektif.
·
Penilai harus mempunyai authority (kewenangan) formal supaya
mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
F.
Unsur-unsur
yang Dinilai
Unsur
yang dinilai dalam melakukan penilaian prestasi adalah kesetiaan karyawan
terhadap pekerjaan, jabatan dan organisasi, hasil kerja karyawan baik kualitas
maupun kuantitas yang sesuai dengan jabatannya, kejujuran dalam melaksanakan
tugas-tugas yang diberikan kepadanya dan kedisiplinan karyawan dalam memahami
peraturan yang telah ditetapkan. Unsur lainnya yang dinilai adalah kreativitas
karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya, sehingga ia bekerja lebih efektif
dan efisien, kemampuan karyawan untuk bekerjasama dengan rekan, atasan dan
bawahannya; kepribadian karyawan, yang ditunjukkan dengan sikap perilaku, kesopanan dan
penampilan serta tanggungjawab terhadap
pekerjaan dan hasilnya, sarana dan prasarana yang digunakan, serta
perilaku kerjanya. Unsur-unsur yang
dinilai dibagi menjadi tiga kelompok :
·
Kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan
pengetahuan, metode, teknik dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan
tugas serta pengalaman dan pelatihan yang diperolehnya.
·
Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas
perusahaan dan penyesuaian bidang gerak
dari unit masing-masing kedalam bidang operasional perusahaan secara
menyeluruh, yang pada intinya individual tersebut memahami tugas, fungsi serta
tanggung jawabnya sebagai seorang karyawan.
·
Kemampuan hubungan interpersonal, yaitu kemampuan untuk bekerja
sama dengan orang lain, memotivasi karyawan, melakukan negosiasi dan lain-lain.
KESIMPULAN
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan
beberapa hal penting sebagai berikut :
1.
Penilaian kinerja adalah satu langkah yang
dilakukan oleh perusahaan atau satu organisasi dalam mengembangkan perusahaan
atau organisasi tersebut.
2.
Penilaian kinerja tersebut, dilakukan untuk
beberapa tujuan penting, diantaranya
pengembangan diri karyawan tersebut yang secara langsung akan berefek kepada
pengembangan perusahaan
3.
Ada banyak metode penilaian kinerja yang sering
dilakukan oleh berbagai perusahaan dan instansi. Oleh karena itu pemilihan
metode yang tepat juga menentukan terhadap tingkat objektivitas dari penilaian
tersebut.
4.
Dari penilaian kinerja ini diharapkan perusahaan
atau instansi akan mempunyai dasar yang kuat dalam melakukan dan mengambil
kebijakan yang tepat bagi keberlangsungan karir si pegawai dan eksistensi
perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Sjafri Mangkuprawira. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Program Magister Manajemen
Agribisnis, Institut Pertanian Bogor
Sondang P Siagian. 1991. Manajemen Sumber Daya Manusia. Ed 1, Cet 4, Jakarta : Bumi Aksara.
1995
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar